When I ask to be wise
Yang seharusnya ada itu adalah bahagia tingkat
dewa. Bukan seperti ini, jadi membenci dan akhirnya memberikan efek negatif dan
aura gelap di lingkungan sekitar.
Apa yang dulunya kucita
–citakan, akhirnya pernah juga kurasakan. Tuhan, aku bersyukur menikmati
sejenis rasa itu. Rasa yang selama ini tak pernah singgah pada pikiran sempitku
ini. Rasa yang membuatku sadar bahwa aku ini memang manusia pada umumnya. Aku
bahagia, Tuhan.
Perihal rasa itu akan ada terus
atau tidak, aku tidak tau. Tapi pernah merasakannya saja, itu anugrah
tersendiri. Itu kado terindah yang baru bisa kusadari di bulan ini, di tahun
ini di umurku yang sudah sampai disini. Haha, aku bodoh sekali.
Dari sekian banyak aku melakukan
perjalanan ini, aku belajar banyak. Mereka pun sama sepertiku. Tua, muda,
miskin, kaya, jelek, cantik, ganteng, gendut, kurus. Semua berhak atas satu
hal, bahagia.
Tuhan, yang kudengar adalah Kau
paling bisa membolak – balik hati manusia. Entahlah ... aku tidak tau harus
men-doa apa padaMu. Kadang secara frontal aku berkata, “ No, I don’t pray. It
never works !” wkwkwkwkwkw. Kalau saja aku tau, kalau saja aku mengerti,
pastilah aku tidak akan berani menyombongkan diri begitu.
Aku begitu keras kepala dan
tinggi hati.
Hmmm, aku punya satu cerita. Suatu
kali aku masih saja terbelengu dengan logika berpikirku. Memandang sebuah objek
dengan berbagai kemungkinan, positif dan negatif. Entahlah, aku tak pernah
berkompromi dengan warna lain, apalagi abu – abu. Mungkin, aku teringat pada
cerita Lord of The Rings, Gandalf The Grey. Sungguh aku tak suka. Itu terkesan
bunglon. Kadal.
Iya aku tau. Trimakasih sudah
mau memberiku kesempatan untuk memahami banyak hal. Apalagi yang ini. Tapi,
dalam hal ini, aku minta ijin padamu. Aku mau jadi abu – abu bila orang lain
bertanya. Tapi padaMu, aku akan menjadi diriku apa adanya. Mencerita dengan
detil dan rasa nyaman yang tak mungkin bisa kudapat di tempat lain. Aku hanya
mau mengakunya padamu.
Aku sama sekali tidak menyangka,
ini luar biasa indah. Hehe, beberapa kali rasa ini benar – benar melenakanku
dariMu. Tapi sungguh aku mohon ampun. Aku terkomposisi atas nafsu dan mungkin
sedikit banyak anda pun menikmati ketololanku.
Sebelum kuakhiri, ini mungkin
semacam janji atau entah apapun itu. Kalau diperbolehkan, biar kusimpan. Jadikan
aku dengan bekal rasa ini untuk bisa selalu bersyukur atas apapun yang kau
berikan. Dan sebagai manusia, “ May I have
this feeling again ( for better occasion ) ? ”
Trimakasih, aku belajar banyak.
Komentar